Dadanya yang kenyal itu menekan ke arah dadaku, hampir membuatku sesak nafas. Perlahan tangan kiri Rinay mengangkat ujung gaun merahnya. Bokep Hawa panas pun terasa menyergap. Naik turun berirama.Semenit aku lupa dengan kehadiran Cenit di sana. Dia menatap kami tanpa berkedip. Liani merintih tak kalah dahsyat… bahkan lebih hebat dari erangan Cenit dan Rinay berbarengan.“Bang… agh! Gadis itu mengambil baju, mengusapkannya di wajah yang penuh cairan mani. Ketika bagian ‘kepala’-nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan di lepas..Clep..crrrllek. Bagaimana pula aku akan menemui mereka setelah ‘permainan’ penuh keenakan ini? Kemudian ia pun kembali ke belakang.Tak lama kemudian ia datang lagi, membawaku segelas minuman, kalau tadi Liani membawakanku segelas air putih, kali ini Cenit menyuguhiku dengan teh manis. Sementara menurunkan celana dalamnya ia memandangku sembari menatap ke arah bawah.




















