Lama sekali dia memijati pangkal selangkanganku. “ Mbak Fera telepon.., ” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju. Video bokep Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. “ Mbak Fera, pasien menunggu, ” katanya. Pokoknya turun. Agar kejadian kemarin terulang. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Aku masih mematung. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. ” katanya lagi seperti iri pada Fera. Lihat saja dia sudah separuh berlutut mengarah pada Kejantananku. Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa ? Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Tetapi eh.., diam-diam dia mencuri pandang ke arah kejantananku. Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. . Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja.
