Ada dipan kecilpanjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhkudan lebih sedikit. Bokep Kuusapsisa cream. Sengaja kuperlihatkanagar ia dapat melihatnya. kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Iamenikmati, tangannya mengocok Junior.Besar ya..? Kaki disandarkan didinding. Lalu ngomong apa? katanya.Kini ia tidak malumalu lagi menyelinapkan jemarinya kedalam celana dalamku. Ah sialan. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja.Badannya berbalik lalu melangkah. Dan kubuka celana pantai. Dari iramanya bukan sedangberjalan. Apakah perlu menhitungkancing. Duduk di tepi dipan. Ke bawahlagi: Tidak. Membuatku tidakberani. Aku berhasil. Aku masih di atas angkot.Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku.Masih menutupi diri dengan tabloid. Masih terasa tangannya dipunggung, dada, perut, paha. Toh, sisetengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba disalonnya. Sekarang hitung penumpang angkot dansupir. hah..? Lha wongMbak Wien menutupi wajahnya begitu. Saya bisa masuk angin. Kalau kiniaku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karenapeluhnya yang membasahi leher, pasti karena akuterlalu terbuai lamunan.
