Sofa empuk berbalut kulit coklat dengan ukuran yang cukup besar untuk permainan liar kita berdua.Aku duduk dan mengisyaratkan Gisell untuk duduk di atasku. Sex bokep Gisell pun sedikit tersenyum.Obrolan pun mengalir, tanpa diminta Gisell pun menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Daripada kenapa-kenapa di jalan karena ngantuk…” Tanya Gisell.“Enggak apa apa kok, udah biasa banget nyetir jam segini, namanya juga supir hehehe…” jawabku santai. Batrenya abis.” Jawabnya memelas. Aku sedikit menjauhkan diri saat ia sedang menelpon setelah aku tutup kembali kap mesinnya.Tidak lama kemudian, “Ini mass. Siapa tau besok malah banyak rejekinya.” Hiburku seadanya. “Kamu seperti habis menangis, kenapa sell?” Tanyaku.Gisell terdiam sambil memandangi kaca depan mobil.“Maaf kalau aku lancang, hanya bertanya…” Tambahku khawatir ia tersinggung dengan pertanyaanku barusan.“Enggak kok, Shan. Gisell menggelinjang, tangannya menarik seprei, rintihannya berubah menjadi teriakan menahan hasrat yang begitu menggairahkan.“Arrrgghhhh, Shandyyyyy! Aku hanya menoleh sebentar dan tersenyum.Ku angkat tubuh Gisell yang lemas tak berdaya itu ke kamar ku lagi.




















