Secepat kilat saya bergeser tempat. Timbul keberanian saya. Bokep Saya hanya bercelana dalam.Sri memejamkan mata. Saya cium puting itu. Kalau berteriak-teriak? Ketika lidah saya makin beringas menjilati memeknya, barulah dia memasukkan penis saya di mulutnya. Lalu saya cium lagi bibirnya.“Kamu pernah melakukan dengan cowok?” bisik saya sambil memainkan lidah di telinganya.“Belum.”Tangan saya bergerak ke bawah, ke celah CD-nya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yang telah basah. Biar bagaimana saya masih punya rasa kasihan. Saya jilat-jilat isinya, jari tengah saya mencoba menusuk pelan. Kulitnya putih bersih. Dia balut tubuhnya dengan selimut. Saya pura-pura menolaknya.“Sudah biar tidur sama saya saja,” kata saya.“Nanti dimarahin Ibu. Katanya Bapak kalau tidur..”“Ahh sudahlah,” saya memotongnya.“Nanti saja, saya masih pingin di dekat Nisa,” sahut saya.“Saya sudah mengantuk, Bapak.”Saya diam saja. Saya menjadi iba. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran kotor.




