Angin menerobos kencang hingga seseorang yg membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Ah mengapa begitu cepat.Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Sex bokep Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Iin telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Iin.Aq mengambil pakaianku. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Atau apalah? Ia tdk melanjutkan kalimatnya.Aq tersenyum. Astaga. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Aq duduk di tepi dipan. Creambath? “Si Anis, yg tadi. Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aq memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku.











