Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana.Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Bokep lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. “Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.“Ya, maaf.. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan.“Di dalam saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot.Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat




















