“Auw, sakit Rin,” ujarku berbohong. “Pagi Rini,” sapaku sambil mendekatinya dengan tubuh telanjang. Bokep sex Rini menangis kencang, tanganku yang tadi membelai-belai kepalanya kini menekannya sekencang-kencangnya.……Aku menceritakan masalah wisudaku di hari Sabtu, Rini menyarankan agar aku tidak lama-lama di sana, karena semua alumni sekarang sudah tahu kalau aku ini calon superstar, memang sih aku rugi tidak bisa berfoto-foto lama-lama, Rini juga menyarankan aku untuk menyewa studio RCTI yang nantinya aku boleh mengundang teman-temanku untuk foto kelulusan memakai toga, sekalian foto perpisahan juga sih…. Aku sampai stress dan kurang semangat. Makin lama ia semakin cepat menyeponk-ku, namun tidak begitu cepat sih dan kurang nikmat karena tangannya masih menahannya. Aku terdiam sejenak. Aku menciumnya, dia menerimanya, lidah kami saling menjilat namun ia masih menangis. Melihat senyumannya itu daguku bergetar, aku merasa kupingku memanas. Si penjual batagor bertanya kepadaku, “mas, neng Rini gimana kabarnya mas?” Aku bingung dan bertanya balik, “Ane juga nyariin doi tu, emangnya kenapa bang?” “Itu loh,




















