Ancol! Saat aku kembali, gerombolan Diana masih ada di sana.“Saya ke kantor dulu ya, memberikan kaset rekaman dan hasil photoku. Sex bokep Hahaha.”Dia ikut tertawa.Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Bukankah ____ (nama partai) baru besok kampanyenya?”.“Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?”.“Memang akan terus di sini? Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras. Menatapnya. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Sampai ketemu.” Pamitku.“Eh, Mas, Mas Ray! Celana dalamnya yang berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman. Peace!)Diana menggandengku. aku dorong batang kemaluanku agak keras. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu.”“Lho, Mas sendiri cowok.”“Makanya, aku tak percaya sama cowok.
