Nama panggilanku Puput. Karena akhir bulan, seperti biasa aku sibuk membaca dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku. Bokep sex Aku sudah kesetanan, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan kubusungkan kedua dadaku agar ia segera mengulum puting susuku. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki dan mengangkat punggungku agar ia mudah melepaskannya. Wajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir di usia pertengahan dua puluhan.“Sedang lembur juga, Mbak?”, Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi. Ia membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku. “Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Memangnya aku Papa mertua kamu?”.Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”.
