Kalau sampai ia turun sebelumnya, aku tak yakin akan menjumpainya lagi di lain kesempatan. “Aku…”
“Ssshhh,” jemari telunjuknya menempel di bibirku. Video bokep Akhirnya, dengan rasa nyeri di ujung, batang kemaluanku melesak. Ia memiliki sesuatu yang membuatku tak jenuh kala memandangnya. “Ssshhh,” ia mendesis. Dengan jemariku, kuraba bulu-bulu kemaluannya yang tersusun rapi. “Kamu mau mengantarku pulang sekarang?” Dua puluh menit kemudian kami sudah dalam perjalanan. Aku tertawa melihatnya. Waktu itu kulihat ia berdiri sendiri di depan pintu lorong yang menghubungkan ballroom dengan dapur. Ruang tamu yang semula gelap menjadi terang dan terasa hangat. Aku bisa mengerti hal itu.”
“Kamu marah?”
“Kalau marah, aku takkkan memintamu tidur di dadaku.”
Aku tersenyum saat mendengarnya berkata demikian. Kualihkan pandanganku ke arah gelas di atas meja. “Berdiri,” ia berbisik di telingaku. Aku terkesiap, sadar kalau pada kenyataannya aku memang terangsang hebat. Wajahku memanas. Kurasakan jemariku menempel di dadanya. Kegelian bercampur kenikmatan membuatku terbang ke awang-awang imajinasiku. Kami berpagutan, sesekali saling menggigit.




















