“Bangun lah…”, perintahku agar dia tidak Cuma berbaring di kasur. Bokep Minoru menggeleng-geleng,“Minoru mau pulang…”, katanya, dia seperti ketakutan.“Tapi, saya belum keluar…”, kataku.Minoru kemudian menangis, dia ingin segera menyelesaikannya tanpa aku harus berejakulasi di dalam memeknya.“Lain kali Minoru temani lagi… Minoru tidak bisa kemalaman…”, pintanya dengan wajah memelas. Minoru memelukku kencang,“Tolong mas…”, rintihnya seperti akan berejakulasi. Dia ingin pergi ke Jepang setelah mengambil ijazah. Belum mau aku menggunakannya. Sambil membawa beberapa botol bir lagi dan rokok, kami pulang dan hanya menunggu ke datangan Minoru. Sebentar-bentar ku pilin putingnya hingga Minoru bergetar kegelian.“Cantik… Kamu harum… Tubuhmu seksi banget…”, pujiku agar Minoru semakin masuk ke suasana. Kembali aku menyoroti Minoru dengan keadaan sama-sama telanjang. “Hisap!!!”, perintahku minta Minoru menyepongkan kontolku. “Dia pasti datang bro… Atau dia bakal liat videonya terunggah di internet, hahaha…”, kata Zenit. “Lu pengen man?”, tanya Zenit.“Kan itu namanya pesta bro…”, jawabku.“Hmm, gini aja deh…”, dia memberi solusi.




















