Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yg penuh gelora itu. Ya tdk apa-apa, hitung-hitung olahraga. Bokep Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.Aq membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Aq harus memulai. Agar kejadian kemarin terulang. Ia menekan-nekan agak kuat. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekedar untuk dapat tempat duduk.“Makasih” ujarnya ringan.Aq sebetulnya ingin ada sesuatu yg bisa diomongkan lagi, sehingga tdk perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yg terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tdk suka angin kencang-kencang. suara itu lagi, suara wanita setengah baya yg kali ini karena mendung tdk lagi ada keringat di lehernya. Mbak Iin sudah turun. Ayo..!“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aq masih bertahan duduk di tepi dipan.Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih




















