Lalu bergegas ia keluar dari kamarku. Bokep Kak Dewi segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. “Eh, maaf kirain gak ada kak Sinta, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Pikiranku benar-benar tidak waras. Pikiran gilaku melintas lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Karena Kak Dewi mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai. Tapi kak Dewi buru-buru bangkit. Rasa nikmat perlahan mengalir seiring gesekan itu. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Dewi yang semakin cepat. Ah kenapa aku ingin nampak keren. “Mau apa ?”,
“Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman. Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak. Aku terus menggesek dan menggesek.
