Tepat sebelum aku terlelap, kubisikkan sebuah pertanyaan padanya. Sex bokep Secara otomatis lenganku terangkat dan memeluknya. Ia hanya balas menatapku dengan alis terangkat seolah mengulangi pertanyaan yang baru diajukannya. “Aku…aku ingin melihat..,” bisikku tanpa memandang wajahnya. Air dingin membuatku terasa lebih segar. Kulebarkan pahanya, dan sambil memegang batang kemaluanku dengan satu tangan, kutekan batang kemaluanku ke bibir kemaluannya. Ia mengulurkan tangannya, berusaha mendorong perutku. Tak ada debaran seperti tadi. Batang kemaluanku melemas dengan sendirinya. “Dingin kalau bisa.”
Saat aku kembali dengan dua gelas air dingin, kulihat ia sudah membuat dirinya nyaman di ujung sofa L. Ia tersenyum menatapku, lalu jemarinya bergerak menuju kancing-kancing bajunya. “Jangan menjauh.” Aku menoleh dan memandangnya. Tapi jangan memperlakukanku seperti orang bodoh. Kurasa aku terlalu emosionil.”
“Tak apa-apa,” balasku tersenyum. Emosi dan nafsuku campur aduk. Wajahku memanas. Paul Anka? Ia melepaskan tangannya. Wajahku memanas lagi. Aku mundur selangkah, berusaha menghindarinya daripada melakukan hal yang tak pernah kusukai saat menyaksikan film-film blue atau mendengar cerita teman-temanku-




















