Mbak Wien sudah turun. Bokep sex Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Suara itu lagi. Aku memegang teteknya. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.“Buka bajunya, celananya juga,” ujar wanita tadi manja menggoda, “Nih pake celana ini..!”Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Membuang napas. Aku duduk di tepi dipan. Haruskah kujawab sapaan itu? Lalu ngomong apa? Ia sudah membereskan peralatan pijat. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Ia terus mengelap pahaku.




















