Lidya mulai menciumi wajah dan leherku. Sex bokep Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tak tahu apa-apa karena polos. Dan aku selalu menganggapnya sebagai kawan biasa saja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, meski umurku sudah cukup dewasa. Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar hanya karena Mbak Indira menikah. “Cinta..?” aku mendesis tak mengerti.Entah kenapa Lidya tersenyum. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, meski umurku sudah cukup dewasa. Aku memang tumbuh menjadi anak yg manja. Berulang kali dia menuntun tanganku ke dadanya yg kini sudan polos.“Ayo dong, jangan diam saja..”, bisik Lidya disela-sela tarikan napasnya yg memburu. sehingga tak ada selembar benangpun yg masih melekat di sana. Padahal aku sudaH punya mobil. Apalagi oleh sesuatu yg aku sukai.




















